ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
Disebutkan di beberapa buku tentang adab, ada
seseorang masuk menjenguk orang sakit. Ketika hendak duduk, orang itu berkata,
“Fulan, wajahmu tampak pucat.”
Orang sakit itu menjawab, “Alhamdulillah ‘alaa
kulli hal.”
“Tampaknya engkau mengalami masalah berat.”
“Allah yang akan menolong,” jawabnya.
“Sakitmu tampak jelas, kapan engkau mulai menderita
sakit seperti ini?”
“Sudah beberapa hari ini,” jawabnya.
“Mengapa engkau mengeluh?”
“Aku hanya mengeluhkan sedikit hal dan aku memohon
kesembuhan kepada Allah,” jawabnya.
“Apa itu?”
“Penyakit tertentu,” jawabnya.
“Penyakit apa itu? Apakah penyakit itu tidak punya
nama? Apakah kondisimu baik-baik saja?”
“Aku baik-baik sebelum kamu datang
menjengukku,” jawabnya.
“Kalau begitu aku pergi saja, apakah engkau ada
perlu sesuatu?”
Dia menjawab, “Ya, aku butuh apabila kamu keluar
jangan pernah masuk lagi kepadaku selamanya, dan jenazahku tidak perlu kamu
shalati.”
Demikianlah keadaan sebagian orang sakit bersama
sebagian orang yang mengunjunginya. Ada sebagian pengunjung tidak duduk sebelum
menyibukkan pasien dengan pertanyaan yang tidak putus-putus,
berbincang-bincang, dan mengobrol panjang lebar, seakan-akan dia itu dokter
yang sedang visite. Maka dari itu, kami berkewajiban mengingatkan semuanya
adab-adab syar’i yang menjelaskan seputar berziarah kepada orang sakit, seperti
berikut:
1.
Mempraktekkan adab-adab umum berziarah, seperti
mengetuk pintu dengan lembut, menyebut nama dengan jelas, menundukkan
pandangan, dan menjenguk orang sakit pada waktu-waktu tenang.
2.
Membawa hadiah untuk orang sakit agar dia senang dan
bahagia. Sangat baik jika dibawakan sesuatu yang bermanfaat, seperti buku yang
bermanfaat, atau rekaman, atau majalah, atau perhiasan, atau selainnya. Adapun
membawakan karangan bunga dan berlebih-lebihan dalam hal itu, kami memandangnya
sebagai hal yang sia-sia. Itu sama sekali tidak bermanfaat untuk orang sakit.
Bahkan beberapa penulis menyatakan bahwa memberi karangan bunga bagi orang
sakit adalah adat orang Yunani, di mana mereka beranggapan bunga adalah lambang
Tuhan kasih sayang, dan sampai hari ini orang Nashrani masih melestarikan
keyakinan ini. Apakah Anda tidak melihat mereka menaruh bunga di peti mati dan
di kuburan?!
3.
Hendaklah orang yang menjenguk berlemah lembut, santun,
dan tidak kasar. Menanyakan keadaan orang yang sakit dengan lemah lembut dan
tidak membebaninya dengan banyak permasalahan.
4.
Hendaklah dia menundukkan pandangan apabila terlihat
aurat orang sakit atau sesuatu yang tidak disukai. Tidak boleh orang yang
menjenguk mengarahkan pandangannya ke sana, bahkan dia harus memalingkan
pandangannya.
5.
Jangan terlalu lama sehingga membuat orang yang sakit
gelisah dan tidak nyaman. Karena terkadang orang sakit kebelet ingin ke kamar
kecil, atau ingin mengganti baju, atau ingin buang angin, atau ingin
beristirahat, atau ingin sarapan. Dia merasa tidak enak dengan orang yang
menjenguk untuk melakukan hal-hal tersebut di depan mereka. Terkecuali jika
yang menjenguk adalah keluarga dekat dan orang yang sakit sangat berharap dia duduk
di dekatnya untuk menghiburnya, maka ini tidaklah mengapa.
6.
Membahagiakan hati orang yang sakit dan mengingatkannya
akan pahala dari Allah.
7.
Dan yang terakhir dari adab menjenguk orang sakit,
hendaklah orang yang menjenguk mendoakannya agar cepat sembuh. Sungguh dalam
hal ini terdapat beberapa doa yang yang di anjurkan, seperti,
أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ
الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ ( سبع مرات )
“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung,
Pemilik ‘Arsy yang besar untuk menyembukanmu” (Tujuh kali),
Atau membacakan Al-Fatihah, Mu’awwizatain
(Al-Falaq dan An-Nas), dan Al-Ikhlash.
Diambil dari buku ‘Aasyiqun.. Fii
Gurfatil ‘Amaliyyaat..!! karya Dr. Muhammad bin Abdurrahman
al-Arifi (Dengan beberapa pengubahan)
Posting Komentar